SISTEM KOMUNIKASI DATA
Dalam melakukan komunikasi dibutuhkan 4 komponen, yaitu :
a.
pengirim
pesan sebagai sumber,
b.
pesan
sebagai data atau informasi yang dikirimkan,
c.
penerima
pesan sebagai tujuan, dan
d.
media
yang digunakan untuk menyam-paikan pesan tersebut.
Berikut merupakan gambaran dari blok
diagram komunikasi :
Saat
penerima menerima pesan
maka yang dilakukan
adalah memberi respon berupa feedback, sehingga komunikasi terjadi dua
arah yaitu antara pengirim dan penerima saling berkomunikasi.
Aplikasi
Komunikasi
Komunikasi pada kenyataannya
tidak hanya digunakan oleh perorang, tetapi juga untuk antar lembaga, sehingga komunikasi
dapat didefinisikan sebagai suatu sistem yang mendukung terjadinya proses saling
tukar menukar pesan melalui suatu media tertentu yang dilakukan oleh orang, instansi
atau lembaga.
Pesan yang disampaikan dalam
komunikasi dapat dibedakan menjadi 2 jenis,
yaitu pesan berupa
data dan pesan
berupa informasi. Sedangkan pengertian data dan informasi dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a.
Pesan
dikatakan data apabila berupa suatu fakta dari suatu kejadian, data dapat
berupa audio, gambar, karakter, video. Data belum dapat digunakan sebagai
informasi, dan data setelah mengalami suatu proses tertentu baru disebut
sebagai informasi. Sebagai contoh data yang dibaca dari sebuah sensor suhu
adalah fakta pengukuran yang dilakukan berdasarkan kondisi suhu di suatu ruang
pada saat tertentu.
b.
Pesan
yang merupakan hasil olahan data disebut sebagai Informasi, dan sebuah informasi
terbentuk dari struktur data yang dapat memberi keterangan lebih umum dan lebih
lengkap.
Sistem komunikasi berdasarkan cara pengiriman
pesan dibedakan menjadi 2, yaitu :
a. Sistem
satu arah (Simplex) merupakan suatu sistem komunikasi dimana pengirim pesan
hanya melakukan pengiriman pesan tanpa harus menerima respon dari penerima
pesan, artinya pengirim terus menerus mengirimkan pesan tanpa perduli apakah pesan
diterima atau tidak dengan tujuan kemanapun. Sebagai contoh penerapan sistem
komunikasi ini pada sistem siaran stasiun radio, stasiun televisi, WEB statis.
b. Sistem
dua arah (Duplex) merupakan sistem komunikasi dua arah yaitu disamping mengirimkan
pesan juga menerima pesan dan respon dari lawan komunikasi, secara teknis
dilakukan dengan metode Full Duplex dan Half Duplex. Sebagai contoh penerapan sistem
ini adalah pada sistem komunikasi telepon, penggunaan SMS, konferensi jarak jauh,
WEB interaktif, e-mail, transaksi elektronika (ATM) juga untuk sistem otomasi dan
sistem kontrol industri dsb.
- HALF DUPLEX
Half duplex adalah salah satu bentuk komunikasi yang pengiriman sinyalnya secara bergantian dengan waktu yang berbeda. Bersifat one to one atau one to many. Kedua stasiun dapat melakukan transmisi tetapi hanya sekali dalam suatu waktu atau secara bergantian. Seorang pengguna tidak dapat bebicara dan mendengar (mengirim atau menerima informasi percakapan apabila lawan bicaranya sedang mengirim informasi atau berbicara. Contohnya: HT (Handytalky).
- FULL DUPLEX
Sinyal dikirim secara bersamaan dalam satu waktu. Contohnya: Telephone atau Handphone. Suatu sistem komunikasi dikatakan full duplex jika pada sistem komunikasi ini dapat mengirimkan data dalam dua arah pada waktu yang sama. Biasanya pada sistem ini memiliki dua kanal yang terpisah untuk setiap arahnya. Jaringan-jaringan komputer banyak memanfaatkan metode pengiriman ini karena biayanya yang lebih murah.
Contoh : Saat kita komunikasi dengan telepon atau handphone, kita bisa komunikasi secara bersamaan.
Perkembangan sistem
komunikasi bisnis juga
berimbas pada kehidupan produksi di pabrik atau industri
penghasil barang, yaitu dengan berkembangnya teknologi sistem kontrol dan
otomasi mesin produksi yang membutuhkan sistem komunikasi data.
Sebuah
industri manufaktur Ing.
Witke mengembangkan sistem
komunikasi data dengan kecepatan
tinggi guna mendukung
kebutuhan komunikasi data baik
dalam kota maupun
antar kota, jaringan
meliputi rumah sakit,
pabrik, industri, perpustakaan, internet, sekolah, rumah tinggal. Adapun
konsep sistem jaringan digambarkan sebagai berikut:
Untuk pengembangan komunikasi data di
industri telah banyak dikembangkan seperti CAN BUS, MOD BUS, FIELD BUS dsb,
yang kesemua itu merupakan komunikasi data digital yang digunakan untuk
pengendalian dan otomasi di industri
atau pabrik. Berikut
merupakan model komunikasi data
pada industri (versi ADAM.NET) yang diaplikasikan dalam sebuah industri:
OSI
( Open System Interconnection )
Open System
Interconnection ( OSI ) diperkenalkan oleh International Standart Organitation
(ISO). OSI mendefinisikan sistem sebagai himpunan dari satu atau lebih
komputer beserta perangkat lunaknya, terminal, operator, proses, serta alat
penyalur informasi lainnya yang dapat melaksanakan pengolahan dan penyaluran
operasi sistem.
OSI menggunakan tujuh lapisan/layer dimana tiap layer berdiri sendiri
tetapi fungsi dari masing-masing layer bergantung dari keberhasilan operasi
layer sebelumnya.
Fungsi
setiap Layer pada model OSI :
Kode
dalam Sistem Komunikasi Data
a) Unipolar Line Coding
Kode ini menggunakan hanya satu non-zero dan satu zero level tegangan,
yaitu untuk logika 1 memiliki level non-zero.
b) Polar Line Coding
Kode ini menggunakan dua buah level tegangan untuk non-zero guna
merepresentasikan kedua level data, yaitu satu positif dan satu negatif.
Terdapat 4 jenis polar:
1. Non Return to Zero ( NRZ
)
Terdapat dua jenis kode
NRZ:
a. Level-NRZ
b. Invers-NRZ
2. Return to Zero (
RZ )
3. Manchester
4. Diferensial Manchester
=> Pengkodean Bit Biner ( line-code )
Pengkodean biner ke unpolar NRZ ( Non Return Zero ) , biner ke format
polar NRZ, dari biner ke unipolar RZ ( Return Zero ), dari biner dikodekan ke
bipolar RZ ( Return Zero ) dan dari biner ke kode manchester.
c) Bipolar Line Coding
Kode bipolar menggunakan dua level tegangan yaitu non-zero dan zero guna
menunjukan level dua jenis data, yaitu untuk logika 0 ditunjukan dengan level
nol, untuk logika 1 ditunjukan dengan pergantian level tegangan positip dan
negatip, jika bit pertama berlogika 1 maka akan ditunjukan dengan amplitudo
positip, bit kedua akan ditunjukan dengan amplitudo negatip, bit ketiga akan
ditunjukan dengan amplitudo positip dan seterusnya.
d) Pengkodean 2B1Q
Pengkodean dengan cara ini adalah dengan melakukan pengkodean 2 (dua)
biner untuk dijadikan 1 (satu) kuarter, pola data yang terdiri dari 2 bit
dikodekan menjadi sebuah elemen sinyal yang merupakan bagian dari sinyal
berlevel empat. Sedangkan data dikirim dengan kecepatan 2 (dua) kali lebih cepat
dibanding dengan pengkodean NRZ-L, dan pada bagian penerima memiliki empat
threshold untuk melayani penerimaan data terkirim.
Konversi positip dan negatip dapat
digambarkan diagram pulsanya sebagai berikut:
e) Kode Blok ( Block Coding )
1.Bit
redundan ditambahkan ke setiap blok informasi, hal ini dilakukan untuk
memberikan kepastian sinkronisasi dan pendeteksian kesalahan (error).
2. Setiap
4 bit data dikodekan menjadi kode 5-bit.
3. Kode
5-bit normalnya digunakan untuk penggunaan kode invers NRZ.
4. Pemilihan
kode 5-bit seperti halnya setiap kode berisi tidak lebih satu bit 0 sebagai bit
awal dan tidak ada lagi lebih dari dua buah logika 0.
=> Tabel Konversi Data 4B/5B
f) Kode ASCII
Sebuah
standar Amerika untuk
menunjuk sebuah karakter
diberi nama American Standard
Code for Information Interchange
(ASCII), dapat digunakan untuk membuat kode sejumlah 128 buah karakter.
Kode pertama digunakan pada tahun 1963, karena ada penambahan kode beberapa karakter,
maka kode ini disempumakan pada tahun 1967.
Setiap kode ASCII dinyatakan dalam
bilangan heksa, kode ini merupakan cikal bakal
sistem komunikasi digital
antar perangkat komputer
dan merupakan sistem kode
yang pertama kali
digunakan dalam sistem
komputerdan komunikasinya. Sampai saat ini, setiap komputer yang
diproduksi menggunakan kode ASCII.
Bit pariti akan menjadi bit MSB
kode ASCII, sehingga dengan
penambahan 1 bit setiap karakter akan membentuk jumlah logika 1(satu) pada
kode tersebut. Jika diharapkan kode dengan
paritas ganjil maka jumlah logika
1(satu) harus ganjil, demikian juga jik diharapkan kode berparitas
genap maka jumlah logika dalam kode tersebut berjumlah genap.
g) Blok Data
Pengkodean untuk pengiriman data secara
blok yang dilengkapi dengan paritas ganjil atau paritas genap merupakan cara
pengujian lebih baik, karena satu blok data akan disertai dengan paritas yang
diletakan pada akhir blok data.
Untuk menguji data terkirim terjadi
kesalahan bit (bit error) atau tidak bit paritas tersebutlah yang
digunakan sebagai kunci
uji untuk setiap
karakter terkirim, dalam sistem
transmisi data secara
blok data artinya
beberapa karakter terkumpul
menjadi satu blok data maka bit paritas ini juga bisa dimanfaatkan.
Adapun penempatan bit paritas pada blok
data adalah ditempatkan pada akhir sebuah
blok, dengan demikian
bit akhir dari
blok data inilah
yang disebut dengan block check
character(BCC).
Berikut merupakan pembangkitan paritas
menggunakan gerbang EXOR :
Bit-0 EXOR bit-1 = 1, bit-2 EXOR 1 = 1, bit-3 EXOR 1 = 1, bit-4 EXOR 1 = 0, bit-5 EXOR 0 = 0, bit-6
EXOR 0 = 1.
Kelemahan kode paritas adalah apabila
terjadi kesalahan atau error pada 2 bit maka error tidak terdekteksi sebagai
error. Dengan demikian error atau kesalahan pada bit 0 dan bit 1 tidak
terdeteksi, perbaikan dari sistem ini adalah dengan mengirimkan data bukan perkarakter
tetapi melalui blok data.
Misal : isi data berupa pesan berbunyi
“selamat” maka paritas dapat dicari dengan cara sebagai berikut :
Fungsi dari paritas pada bit-7 adalah
sebagai kunci uji data untuk mencari error setiap karakter secara horisontal, istilah deteksi
error secara horizontal adalah longitudinal redundancy check (LRC). Sedang fungsi paritas pada BCC sebagai
baris penutup blok data difungsikan sebagai deteksi error secara vertikal, istilah
deteksi vertikal adalah vertical redundancy check (VRC). Dari kedua paritas
inilah terbentuk model matrik deteksi error yaitu kombinasi dari deteksi LRC
dan deteksi VRC.
h) Kode Humming
Kerusakan data
atau kesalahan data
yang diterima oleh
terminal penerima dalam sistem
komunikasi data sering
terjadi, penyebabnya adalah
adanya interferensi sinyal
luar yang masuk
ke dalam jalur komunikasi, koneksi
kawat penghubung, terminal,
konektor pada layer terendah yang
kurang baik. Hal
tersebut menyebabkan sinyal
gangguan (noise), sebagai akibat
gangguan tersebut muncul
permasalahan pada data yang diterima oleh penerima berupa data
error.
Konsep
penerapan kode Hamming
adalah dengan menggunakan
bit paritas untuk disisipkan
pada posisi tertentu
dalam blok data,
dengan demikian memungkinkan untuk
dapat digunakan dalam
pemeriksaan kesalahan dalam blok
data. Aturan untuk menyatakan bit
Hamming adalah melalui pendekatan 2n, nilai
n dan n
adalah bilangan bulat
positif, cara untuk
menentukan bit Hamming adalah
sebagai berikut:
§
Data
= 1011 → penyisipan bit Hamming adalah 101x1xx
§
Nilai
x dapat dipilih 1 atau 0 dan disisipkan pada data
§
Menentukan
jumlah modulo-2 bit-1 agar data berparitas genap.
Bit ke-
7 6 5 4 3 2 1
Data
1 0 1 x 1 x x
Langkah selanjutnya adalah menentukan
bit-Hamming yang harus disisipkan ke dalam bit-bit data, dalam hal ini semua
bit yang ditandai dengan hurf x adalah tempat
posisi bit Humming
yang seharus disisipkan.
Dengan demikian data yang semula terdiri dari 4 bit data maka
pada akhirnya jumlah bit adalah 7 bit.
§
Tabel penentuan bit-Hamming
§
Bit-Hamming
disisipkan ke dalam data, sehingga menjadi:
Bit
ke- 7 6 5 4 3 2 1
Data 1 0 1
0 1 0 1
§
Deteksi data
error yang diakibatkan
data berubah saat
transmisi, diasumsikan terjadi
perubahan pada bit ke
3 dari nilai
logika 1 menjadi
logika 0.
Sehingga
data yang diterima sebgai berikut:
Bit
ke- 7 6 5 4 3 2 1
Data 1 0 1
000 1
§
Pemeriksaan data
melalui bit-bit Hamming
ditemukan error berikut
posisi bitnya, pada contoh terjadi error pada posisi bit ke 3.
Tabel
penentuan error (modulo-2) :
§
Berdasarkan
tabel penentuan error diperoleh nilai biner 011, yang berarti bisa ditentukan
kesalahan adalah pada posisi bit ke 3 pada data.
§
Perbaikan logika bit
dapat dilakukan dengan
melakukan inverting bit
ke dari
data,
dengan demikian tidak diperlukan lagi pengiriman NAK ke pengirim untuk
melakukan
pengiriman ulang.
i) Kode
Koreksi Error
Kode Hamming
digunakan untuk mendeteksi error dan perbaikan kode pesan terkirim, kode
koreksi error adalah sebuah algoritma untuk mendeteksi adanya kesalahan dalam
pesan yang dikirimkan sekaligus memperbaiki pesan tersebut sehingga pesan
dapat tersampaikan dengan
benar melalui sistem
transmisi data melalui sistem jaringann berbasis pada isi pesan itu
sendiri.
Cara mendeteksi dan
memperbaiki kesalahan pada
pesan yang dikirimkan :
Aturan
main:
§
Data
asli yang akan dikirimkan dinyatakan dalam variabel Di dan check bit dengan (Cj
).
§
Posisi
biner diawali dari bit 1, posisi check bit Cj pada 2n, yaitu 1, 2, 4, 8, ...
§
Penentuan
check bit dilakukan melalui EXOR untuk semua bit data.
Untuk
penentuan kode humming dari 4 bit data, maka terdapat D1, D2, D3 dan D4 dan
untuk check bit 2n didapat C0, C1 dan C2, sebagai berikut :
FRAME DATA
a. Frame Data Transmisi Sinkron Biner (BiSynch)
Frame merupakan bingkai data yang
terdiri block check character (BCC), yaitu karakter penguji blok data, end of transmission block (ETB) yaitu batas akhir blok data yang
ditransmisikan, pesan atau blok data yang akan dikirimkan, start of text (STX)
yaitu awal pesan yang dikirimkan, end of
header (EOH) yaitu batas akhir sebuah
header pesan, header berisi
informasi stasiun kendali dan prioritas,
start of header
(SOH) merupakan batas
awal sebuah header, sinkronisasi (SYN) sebagai karakter
sinkronisasi pengiriman data.
Secara blok diagram frame data untuk
transmisi sinkron biner (BiSynch) dapat digambarkan sebagai berikut :
Format ini hanya dapat diaplikasikan
pada sistem transmisi half duplex, koneksi dari
titik ke titik
(point to point)
dengan media 2
kawat atau 4
kawat.
b. Frame HDLC (High Level Data Link)
Berbagai
kelemahan yang dimiliki
frame sikron biner
dapat diatasi dengan frame
HDLC, karena pemakaian HDLC sangat luas termasuk untuk sistem jaringan
luas (WAN).
Frame data HDLC dapat diaplikasikan baik
pada sistem transmisi half duplex maupun full duplex, artinya terdapat dua jalur
komunikasi antara pengirim dan penerima yang kedua jalur terpisah sama sekali.
Pada
saat pengirim mengirimkan
pesan, maka penerima
dapat mengirimkan ACK ataupun NAK
melalui jalur yang lain.
KECEPATAN TRANSMISI
Kecepatan transmisi data (Data Rate),
yaitu kecepatan pengiriman data yang diukur berdasarkan jumlah elemen data
dalam satuan bit selama waktu 1 (satu) detik. Dengan demikian satuan kecepatan
dapat disingkat menjadi bps. Kecepatan transmisi elemen sinyal (Signal Rate),
yaitu kecepatan pengiriman data
yang diukur berdasarkan
jumlah elemen sinyal
dalam satuan pulsa selama waktu 1 (satu) detik. Dan satuan
kecepatan adalah baud.
Rasio
kecepatan data dengan
kecepatan sinyal dinyatakan
dengan notasi r, sehingga rumus dasar rasio adalah:
r = data rate / signal rate
Kecepatan sinyal
diobservasi berdasarkan beberapa
bit data dalam
satu stream, hal ini
tergantung pada jumlah
bit perdetiknya N
(bps) dan 1/r (bit/pulsa).
Untuk pola bolak balik logika 1 dan
logika 0. Dengan demikian rumus dapat dituliskan sebagai berikut :
S = Kecepatan sinyal, c = bit data per stream, N = jumlah bit perdetik, r = rasio elemen data dengan elemen sinyal.
Diagram pusa elemen data :
0 komentar:
Posting Komentar